Dalam konteks industri otomotif di Indonesia, insentif mobil menjadi isu yang semakin penting. Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor (GIAMM) mengusulkan agar pemerintah merumuskan kebijakan insentif berdasarkan nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk menjaga keberlanjutan ekonomi.
Usulan tersebut mencerminkan kebutuhan mendasar untuk melindungi produsen lokal dan mendorong penggunaan komponen dalam negeri. Dengan kebijakan ini, diharapkan para produsen mobil akan lebih bersaing menggunakan bahan baku lokal, yang pada gilirannya akan memperkuat struktur industri otomotif Nasional.
Kebijakan insentif yang sangat tergantung pada mobil listrik impor saat ini justru dapat menimbulkan ancaman bagi produsen lokal. Di satu sisi, pemerintah perlu menciptakan lingkungan bisnis yang lebih sehat agar industri otomotif Tanah Air dapat berkembang dengan baik.
Memahami Pentingnya TKDN dalam Kebijakan Insentif Otomotif
Dalam konteks ini, Sekretaris Jenderal GIAMM Rachmat Basuki menyatakan bahwa penggunaan TKDN sebagai acuan insentif menjadi langkah krusial untuk perkembangan industri otomotif. Semakin tinggi nilai TKDN suatu mobil, semakin besar insentif yang bisa diterima, sehingga mendorong penggunaan komponen lokal.
Rachmat menggambarkan pentingnya keterlibatan komponen lokal dalam pembuatan kendaraan. Jika kebijakan ini diterapkan, produsen akan merasa terdorong untuk meningkatkan TKDN mobil yang mereka produksi guna memperoleh insentif yang lebih besar.
Dengan tekanan untuk menaikkan TKDN, akan terjadi peningkatan permintaan terhadap produk lokal. Hal ini diharapkan dapat menjauhkan ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang umumnya mengintai para pekerja di sektor industri otomotif.
Pembatasan TKDN dalam Pembuatan Mobil Listrik
Saat ini, pemerintah telah menetapkan batas minimum TKDN 40 persen untuk mobil listrik yang dirakit di dalam negeri. Namun, Rachmat menilai norma ini masih sangat rendah dan perlu direvisi agar lebih sesuai dengan kebutuhan industri.
Rachmat menegaskan bahwa perbandingan antara kebijakan TKDN untuk mobil listrik dan kendaraan konvensional seperti Avanza menunjukkan ketidakadilan. Jika TKDN untuk kendaraan seperti Avanza bisa mencapai 80 persen, maka sudah seharusnya TKDN untuk kendaraan listrik lebih ketat pula.
Pemenuhan batas TKDN yang terlalu mudah dapat mengakibatkan stagnasi dalam pertumbuhan pabrik dan industri pendukung. Oleh karena itu, perlu ada pengaturan yang lebih ketat untuk memacu pertumbuhan industri lokal dalam jangka panjang.
Implikasi Ekonomi dari Kebijakan Insentif Berdasarkan TKDN
Adopsi kebijakan insentif berdasarkan TKDN diharapkan dapat mendongkrak perekonomian lokal. Saat produsen mobil beralih ke penggunaan komponen lokal, efek positif akan dirasakan di berbagai sektor, mulai dari manufaktur hingga penyediaan tenaga kerja.
Pemanfaatan komponen dalam negeri juga dapat mengurangi ketergantungan pada produk impor. Dengan demikian, strategi ini bukan hanya menguntungkan industri otomotif, tetapi juga membantu stabilitas ekonomi Nasional secara keseluruhan.
Selain itu, adanya insentif yang bergantung pada TKDN dapat memicu inovasi dan pengembangan teknologi lokal. Dalam jangka panjang, hal ini akan memberikan dampak positif bagi daya saing produk Indonesia di pasar global.