Banyak masyarakat menganggap bahwa Pertalite adalah jenis bahan bakar yang mengandung etanol. Anggapan ini muncul setelah beberapa keluhan terkait masalah sepeda motor di wilayah Jawa Timur, yang diduga disebabkan oleh penggunaan Pertalite. Di tengah kekhawatiran ini, Pertamina akhirnya memberikan klarifikasi bahwa Pertalite tidak mengandung etanol apapun di dalamnya.
Namun, menarik untuk dicatat bahwa penggunaan bahan bakar dengan campuran etanol bukanlah hal baru bagi Pertamina. Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan ini mulai mengeksplorasi cara-cara untuk membuat bahan bakar yang lebih ramah lingkungan dan terbarukan.
Secara umum, klaim bahwa Pertalite mengandung air juga telah dibantah. Dalam berbagai uji teknologi yang dilakukan oleh Pertamina, ditemukan bahwa tidak ada kandungan campuran air dalam bahan bakar ini.
Pemahaman Masyarakat tentang Bahan Bakar dan Etanol
Salah satu isu yang menghangat dalam beberapa waktu terakhir adalah pemahaman yang keliru tentang etanol dalam bahan bakar. Banyak konsumen yang belum sepenuhnya sepakat mengenai tanda-tanda yang menandakan adanya etanol dalam pertalite. Hal ini tentu saja menjadi sebuah tantangan bagi Pertamina untuk memberikan penjelasan yang lebih jelas.
Etanol biasanya dicampurkan dalam bahan bakar sebagai upaya untuk menurunkan emisi gas buang kendaraan. Namun, penting bagi konsumen untuk memahami bahwa bukan semua jenis bahan bakar harus mengandung etanol untuk menjadi ramah lingkungan. Pemilihan bahan bakar perlu disesuaikan dengan spesifikasi kendaraan yang dimiliki oleh konsumen.
Hal ini perlu disosialisasikan kepada masyarakat luas agar mereka tidak terjebak pada mitos yang bisa merugikan mereka. Informasi yang akurat akan membantu konsumen dalam memilih bahan bakar yang tepat.
Inovasi Pertamina dalam Peluncuran Bahan Bakar Ramah Lingkungan
Pertamina terus berupaya untuk memperkenalkan inovasi baru dalam produk bahan bakar mereka. Salah satu contohnya adalah peluncuran Pertamax Green yang diluncurkan pada 2023. Bensin ini mengandung etanol 5%, yang dicampur dari molase tebu, memberikan alternatif lebih bersih bagi perlunya energi terbarukan.
Dari segi komposisi, Pertamax Green memiliki tingkat RON yang lebih tinggi dibandingkan Pertamax, yaitu 95. Ini membuat jenis bahan bakar ini sangat cocok untuk digunakan pada kendaraan berstandar Euro 4, yang lebih ramah lingkungan. Dengan tingkat sulfur yang rendah, Pertamax Green menawarkan solusi yang lebih baik untuk pengendara yang peduli tentang polusi udara.
Namun, konsumen juga harus memperhatikan harga dari inovasi baru ini, yang kini ditetapkan sebesar Rp13.500 per liter. Ini adalah tantangan tersendiri bagi Pertamina dalam menarik minat masyarakat untuk beralih ke bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.
Hasil Pengujian dan Penjaminan Kualitas dari Pertamina
Di tengah banyaknya tuduhan dan teori mengenai kandungan bahan bakar, Pertamina telah melaksanakan serangkaian uji kualitas. Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra, menjelaskan bahwa uji visual dan analisis komposisi telah dilakukan. Hasilnya menunjukkan bahwa Pertalite bebas dari etanol dan air.
Pertamina juga berkomitmen untuk menjaga kualitas bahan bakar sesuai standar yang ditetapkan. Uji coba yang dilakukan juga mencakup kejernihan warna dan ketahanan terhadap kontaminan. Hasilnya, tidak ada indikasi adanya kontaminan yang dapat merusak performa kendaraan.
Pihak Pertamina berharap, dengan adanya pengujian yang mendalam ini, masyarakat dapat merasa lebih percaya dan aman dalam menggunakan produk mereka. Keterbukaan dan transparansi dalam uji kualitas adalah langkah penting untuk membangun kepercayaan konsumen.




