Suzuki Motor Corporation (SMC) mengungkapkan rencana mereka yang sangat hati-hati untuk memasukkan model komersial ikonik, yakni Carry, ke dalam jalur elektrifikasi. Ini merupakan bagian dari upaya untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan pasar mobil listrik yang masih dalam tahap awal di Indonesia.
Dalam konteks ini, Masafumi Harano, Eksekutif General Manager Asia dan Amerika Latin serta Oceania di SMC, mencatat bahwa segmen pikap merupakan salah satu bagian penting di pasar Indonesia. Oleh karena itu, SMC berkomitmen untuk terus berinovasi dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin beragam dan modern.
Meski demikian, Harano menjelaskan bahwa transformasi mobil komersial menjadi Battery Electric Vehicle (BEV) memiliki tantangan yang lebih besar dibandingkan dengan mobil penumpang biasa. Kebutuhan akan efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan mobil komersial menjadi perhatian yang serius dalam proses pengembangan ini.
Tantangan dalam Mengembangkan Mobil Listrik Komersial di Indonesia
Di pasar Indonesia, mobil komersial seperti pikap memiliki karakteristik unik yang membuatnya berbeda dari mobil penumpang. Harano menambahkan bahwa meski pengembangan BEV untuk mobil penumpang lebih mudah, ada pertanyaan kritis apakah BEV juga diperlukan dalam segmen mobil komersial.
Beliau mengingatkan bahwa pergeseran menuju elektrifikasi dalam mobilitas harus dilakukan dengan pendekatan yang sangat hati-hati. Ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan, termasuk kebutuhan akan pengoperasian yang efisien dan bertahan lama.
Meskipun penguasa pasar mobil komersial di Jepang adalah merek lokal, faktanya adalah mobil listrik pertama di segmen ini belum datang dari mereka. DFSD dan Wuling adalah contohnya, yang sudah merilis produk mereka lebih awal.
Pertumbuhan Mobil Listrik di Pasar Komersial Indonesia
Di sisi lain, langkah produsen Jepang seperti Mitsubishi menunjukkan bahwa mereka mulai memahami kebutuhan untuk beradaptasi dengan tren global ini. Release dari mobil listrik komersial berukuran kecil dari mereka menunjukkan niat untuk memasuki pasar yang dinamis ini.
Daihatsu juga tidak terlewatkan, dengan memperkenalkan mobil konsep berbasis listrik yang diperkirakan akan menjadi bagian dari evolusi Gran Max. Namun, SMC masih belum memberikan sinyal yang jelas mengenai serius tidaknya mereka dalam melakukan elektrifikasi model komersial mereka.
Dalam pandangan Harano, mengembangkan mobil konsep nampaknya lebih mudah daripada merealisasikannya menjadi produk massal. Pertanyaan besar yang tersisa adalah potensi dan permintaan pasar untuk model seperti itu.
Apakah Mobil Listrik Komersial Akan Masuk Arus Utama?
Harano menekankan bahwa pertanyaan itu bukan hanya menjadi perhatian SMC, tetapi juga produsen lain. Ia menyatakan keraguan mengenai apakah mobil listrik komersial bisa benar-benar menjadi mainstream di pasar Indonesia. Hal ini juga mencerminkan tantangan yang dihadapi dalam memperkenalkan teknologi baru ini secara luas.
Dengan demikian, meskipun ada kemungkinan untuk memproduksi pikap berbasis listrik, harus dipertanyakan juga apakah inovasi tersebut akan diterima secara luas oleh konsumen. Ini akan menjadi tantangan besar bagi semua produsen yang terlibat dalam segmen ini.
Secara keseluruhan, Harano menggambarkan situasi saat ini sebagai pencarian solusi di mana mobilitas komersial harus seimbang antara kebutuhan pasar dan teknologi yang ada. SMC sendiri berkomitmen untuk mengeksplorasi apakah pengembangan BEV akan sesuai dengan ekspektasi pengguna komersial.




